White paper

Analisis tekno-ekonomi pemanfaatan cellulosic ethanol di Indonesia yang berasal dari limbah kelapa sawit

(See English version here.)

Cellulosic ethanol adalah bahan bakar nabati/biofuel generasi kedua yang berkelanjutan yang memanfaatkan limbah biomassa selulosa untuk energi. Industri kelapa sawit di Indonesia menghasilkan residu biomassa kelapa sawit dalam jumlah yang sangat besar, termasuk di dalamnya yakni batang pohon kelapa sawit, tandan kosong kelapa sawit, dan serat kelapa sawit, dan residu ini biasanya tidak digunakan dan dibiarkan membusuk di area perkebunan. Mengingat Indonesia memiliki tujuan yang ambisius untuk mengganti minyak bumi dengan biofuel, industri cellulosic ethanol dapat memanfaatkan sumber daya yang melimpah ini.

Sepengetahuan kami, ini adalah studi pertama yang menilai biaya dan potensi peningkatan produksi cellulosic ethanol, khususnya di Indonesia. Studi ini memperkirakan biaya produksi cellulosic ethanol yang diratakan dengan menggunakan model discount cash flow yang memperhitungkan seluruh biaya, termasuk biaya pembangunan dan pengoperasian pabrik cellulosic ethanol, mencakup biaya peralatan, konstruksi, pembelian tanah, bahan baku, pemeliharaan, dan tenaga kerja. Sebagai tambahan, juga diberikan roadmap tentang bagaimana industri cellulosic ethanol dapat dikembangkan dan ditingkatkan kapasitasnya selama dua dekade mendatang. Hasilnya menunjukkan bahwa dibutuhkan subsidi tahunan dari pemerintah yakni sebesar 4,7 – 6 triliun rupiah (US$ 335 – 430 juta) untuk mendukung pembangunan 10 fasilitas pertama dengan skala yang cukup besar, masing -masing dengan kapasitas produksi 70 juta liter, tergantung pada tipe bahan baku yang akan digunakan. Gambar di bawah ini menunjukkan waktu yang tepat kapan jumlah subsidi tersebut perlu dibayarkan sesuai dengan peningkatan industri (sumbu kiri).

Selain itu, penulis menemukan bahwa jika Indonesia membangun sekitar 30 fasilitas komersial selama 10 tahun ke depan, maka Indonesia dapat menghasilkan 2 miliar liter per tahun cellulosic ethanol yang diperkirakan dapat menggantikan 4% (angka konservatif) dari konsumsi bensin dengan harga yang relatif rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Mengembangkan industri cellulosic ethanol dalam negeri dapat membawa banyak manfaat bagi Indonesia, termasuk di dalamnya mengurangi impor minyak, menambah lapangan pekerjaan, memberikan pendapatan tambahan untuk industri/petani kelapa sawit, dan penghematan gas rumah kaca yang lebih besar dibandingkan menggunakan biofuel generasi pertama. 

Figure

Attachments
Indonesia-cellulosic-FS-BH-dec2020.pdf
Indonesia-cellulosic-info-BH-dec2020.pdf

Alternative fuels
Fuels
Fuels GHG emissions